Waspadai Epilepsi Pada Anak

0
Salah satu penyakit yang berisiko tinggi dan mengganggu kesehatan anak adalah epilepsi. Epilepsi adalah penyakit yang bangkit berulang secara periodik, berupa gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, otonom, fungsi luhur dan gangguan tingkah laku.

Tanda-tanda atau gejala epilepsi pada anak bisa berupa kehilangan kesadaran untuk waktu tertentu, kejang-kejang, lidah menjulur, keluar air liur, gemetar, dan tiba-tiba black out. Kemudian tanda atau gejala lain  bisa muncul pula dalam bentuk gangguan tingkah laku, gangguan halusinasi, berkeringat, panas tinggi, mata kucing pada mata melebar, atau seolah-olah tertidur.

Waspada Epilepsi Pada Anak
Waspada Epilepsi Pada Anak

Pada umumnya serangan epilepsi timbul secara spontan, tetapi kadang bisa dicetuskan oleh keadaan tertentu, misalnya gangguan emosional. Pada beberapa kasus, serangan epilepsi tidak diketahui apa penyebabnya. Namun pada umumnya penyebab epilepsi pada anak disebabkan oleh berbagai macam penyakit yang menggangu fungsi otak. Contohnya, radang otak, penyakit pembuluh darah ke otak, cedera otak, tumor di otak, kelainan yang dibawa sejak lahir, gangguan metabolisme, gangguan elektrolit, penyakit-penyakit degeneratif dan sebagainya.

Epiepsi dan Stuip

Banyak ibu yang panik bila suhu tubuh anaknya meninggi (panas). Biasanya ibu takut bila panas anak berlanjut dengan kejang atau stuip. Walaupun tidak setiap anak yang suhunya tinggi akan mengalami stuip. Lalu apa sih stuip itu? Bagaimana cara mengatasinya apabila anak kita mengalaminya?

Stuip atau lebih dikenal dengan istilah kejang demam hanyalah manisfestasi klinik, jadi hanya gejala bukan akibat. Stuip merupakan manisfestasi klinik  dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan mendadak di otak kita. Penyebabnya adalah gangguan fungsi sel otak. 

Otak dibangun oleh berjuta-juta sel. Pada masing-masing sel otak terdapat ion-ion listrik yang berupa muatan negatif dan ion positif. Pada keadaan normal, lompatan listrik yang terjadi pada sel otak berjalan secara terkoordinasi. Namun bila terjadi perubahan fisiologi, anatomi atau biokimiawi pada sel otak, maka dapat menyebabkan terjadinya lompatan listrik yang berlebih. Akibatnya adalah kejang. Lompatan listrik yang berlebih bisa disebabkan oleh demam tinggi, adanya tumor di otak, atau adanya kelainan metabolik.

Yang perlu kita lakukan apabila anak mengalami kejang adalah :
  • Jangan panik bila anak mengalami kejang
  • Longgarkan pakaian anak
  • Jalan nafas anak harus bebas supaya pernafasannya tidak terganggu
  • Baringkan anak dengan posisi miring ke arah anda. Maksudnya anda bisa melihat keadaannya, apakah mata anak kedip-kedip, tangannya bagaimana, dan sebagainya. Kemudian bila ada muntahan, maka bisa terkumpul di pipi bagian bawah dan mudah dikeluarkan
  • Usahakan posisi kepala lebih rendah dari kaki guna menghindari muntahan masuk ke jalan nafas
  • Badan yang panas dapat diatasi dengan kompres air atau alkohol 70% pada daerah ubun-ubun, kening, leher, bawah ketiak dan lipatan paha
  • Bila kejangnya tidak segera berhenti dalam waktu 30 menit atau bahkan berulang dalam waktu 24 jam, segeralah bawa ke dokter.
Dengan perawatan yang intensif , mudah-mudahan anak yang menderita epilepsi dan stuip bisa sembuh. Dan orangtua tidak perlu khawatir lagi bila epilepsi pada anak akan kambuh kembali. Semoga bermanfaat.

Jangan lupa SHARE ya agar artikel ini bermanfaat :)

Tips Penting Mencegah Pneumonia Pada Anak

0
Penyakit pneumonia pada anak adalah suatu penyakit radang paru yang menyerang anak yang disebabkan oleh kuman seperti virus, bakteri, jamur ataupun benda asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Pneumonia atau radang paru-paru merupakan infeksi yang ditandai dengan mengumpulnya cairan dalam kantong udara, sehingga pergantian udara terganggu.

Tips Penting Mencegah Pneumonia Pada Anak
Tips Penting Mencegah Pneumonia Pada Anak

Gejala umum yang ditunjukkan adalah demam, batuk, dan sesak nafas. Anak yang terserang pneumonia terlihat sakit keras, sesak nafas, batuk-batuk, panas dingin, dan hidungnya kembang kempis. Pada umumnya dada terasa sakit dan ludahnya kadangkala berwarna merah cokelat. Suhu badannya tinggi, sehingga adakalanya anak dapat kejang-kejang. Bila anak Anda menunjukkan gejala-gejala tersebut, janganlah ragu untuk memeriksakan ke dokter.

Deteksi dini dapat dilakukan sendiri yaitu dengan menghitung frekuensi nafas per menit. Apabila frekuensinya di atas angka normal, berarti anak mengalami sesak nafas. Frekuensi normal yang bisa digunakan sebagai patokan sebagai berikut :
  • Bayi usia 0-28 hari atau sebulan (bayi neonatus) batas frekuensi tarikan napasnya adalah 60 kali atau lebih sedikit setiap menit
  • Anak usia sebulan sampai setahun, batas frekuensi tarikan napasnya adalah 50-60 tarikan nafas per menit
  • Anak di atas 12 bulan batas frekuensi tarikan napasnya adalah 40-50 tarikan nafas per menit
  • Sedangkan untuk orang dewasa batas frekuensi tarikan napasnya sampai 20 tarikan nafas per menit
Lalu bagaimana cara mencegah pneumonia pada anak? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar pneumonia tidak menyerang pada anak kita, diantaranya yaitu :
  • Pada usia 6 bulan pertama, berilah ASI eksklusif guna menjaga daya tahan tubuh bayi
  • Imunisasi lengkap, minimal selama usia pada usia satu tahun pertama
  • Berikanlah asupan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi anak, karena dengan asupan gizi yang baik, anak tidak akan mudah terserang penyakit
  • Senantiasa menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar kita
  • Membiasakan anak dengan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir sebelum makan, mengawasi anak dalam membeli jajanan makanan agar tidak sembarangan jajan makanan yang mengandung zat  berbahaya.
Kesehatan anak sangatlah penting. Dengan melakukan langkah-langkah pencegahan di atas, kita bisa menghindarkan penyakit  pneumonia pada anak.  Sehat atau sakitkah pilihan anda? Semua itu tergantung pada kita sebagai orangtuanya. Semoga bermanfaat.

Share artikel ini agar bermanfaat.